Pendaftaran online peserta didik baru SMK Negeri 1 Cilacap

Sabtu, 18 April 2009

Membuat hotspot dan Install Billingnya sendiri

Untuk berjualan akses Hotspot, diperlukan sebagai berikut :
1. Akses Internet
2. Access Point
3. Hardware/Server untuk Web, Otentikasi, dan Billing (siapkan 2 interface network). Hardware berupa PC biasa, namun sebaiknya yang cukup handal agar cepat aksesnya.
4. Software server Web, Billing, dan Otentikasi






Jika Anda belum memiliki software server billing, EasyHotspot bisa menjadi salah satu pilihan, selain banyak software billing gratis di www.sourceforge.net. EasyHotSpot ini merupakan software billing “rakitan” anak Indonesia (tapi bukan saya yang “membuat”nya). Saya menyebut rakitan, karena merupakan “penyatuan” dari kepingan-kepingan aplikasi OpenSource seperti Linux (XUbuntu), MySQL, ChilliSpot, dll.

EasyHotSpot yang bisa didownload, berupa image CD yang bisa langsung di-burn, dan dijalankan. Dibangun di atas sistem operasi XUbuntu (salah satu modifikasi dari Ubuntu Linux, aliran distro Debian), terdiri dari FreeRadius (untuk Otentikasi), MySQL (database server), dan Chillispot (server gateway/captive portal).
Karena sudah dipersiapkan dan dipaketkan, EasyHotSpot ini cukup menghemat waktu dan energi dalam pembangunan hotspot di hotel/restoran/cafe/atau apapun.

Feature yang ada di EasyHotSpot ini antara lain :
1. User Management
2. Pembuatan/Penghapusan Voucher secara acak (biasanya untuk prepaid)
3. Perencanaan Billing (berdasarkan durasi/waktu)
4. Statistik (siapa yang online dan penggunaan harian)
5. Konfigurasi

Read More......

Rabu, 15 April 2009

Jaringan Komputer diBandung

Jaringan computer pra-internet di Bandung dimulai dari salah satu lembaga pendidikan besar di Bandung, ITB. Ketika itu sejumlah mahasiswa yang memiliki hobby elektronika, khususnya di bidang computer dan radio amatir memiliki ide untuk menghubungkan computer local antar jurusan. Ide ini banyak juga dipengaruhi oleh sejumlah akademisi ITB yang kembali setelah menyelesaikan studinya di luar negeri, dan mereka sangat mengharapkan adanya sambungan internet, minimal di lingkungan kampus ITB. Ketika itu satu-satunya sambungan internet yang bisa dilakukan adalah melalui UI, dengan biaya yang mahal karena menggunakan sistem dial up / via line telepon dengan sambungan interlokal. Sementara jaringan/network sambungan antar computer di lingkungan ITB sendiri belum terbentuk. Satu-satunya jaringan / network yang ada adalah di PIKSI (Pusat Ilmu Komputer Seluruh Indonesia) ITB.

Akhirnya, pada tahun tahun baru 1993, seorang anggota Amateur Radio Club (ARC) ITB, Suryono Adisoemarta kembali dari Texas, Amerika Serikat, setelah menyelesaikan studi S2-nya. Bersama-sama dengan beberapa anggota ARC ITB, antara lain Basuki Suhardiman, Aulia K. Arief, Arman Hazairin dan didukung oleh Adi Indrayanto, mereka mencoba mengembangkan gateway packet radio di ITB, dan akhirnya mereka berhasil membuat jaringan sambungan internet dengan menggunakan Radio Paket ke IPTEKNET melalui LAPAN, dengan menggunakan modem Terminal Node Control (TNC) pinjaman dari Muhammad Ichsan, alumnus ITB yang bekerja di LAPAN. Pemilihan teknologi radio paket ini dengan pertimbangan bahwa menggunakan gelombang radio jauh lebih murah dibandingkan menggunakan dial up dengan sambungan interlokal; walaupun kecepatan / speed sambungannya lambat sekali.

Akhir tahun 1993, Onno W. Purbo kembali setelah menyelesaikan studi Ph.D.nya di Canada. Ia membawa banyak pengetahuan, antara lain tentang dasar-dasar pengembangan jaringan computer dan teknologi paket radio. Kemudian bersama sejumlah anggota ARC ITB, Ia mendirikan hobby group baru yang kegiatannya difokuskan pada riset dan pengembangan jaringan computer dan upaya untuk membuat sambungan ke jaringan internet global. Group ini kemudian dikenal dengan Computer Network Research Group (CNRG).

Dengan bantuan Onno W. Purbo, ide untuk membuat jaringan computer local ITB mulai diwujudkan. Dengan menggunakan paket radio, jaringan dimulai dengan menghubungkan computer antar Himpunan mahasiswa di ITB. Pengetahuan mengenai adanya jaringan computer / computer network ini cepat menyebar karena anggota-anggota CNRG terdiri dari akademisi yang berasal dari berbagai jurusan, sehingga semakin banyak Himpunan yang kemudian ikut bergabung dengan jaringan tersebut.

Kemudian pada pertengahan 1994, setelah melalui proposal serta sejumlah pembicaraan, CNRG memperoleh bantuan sambungan internet melalui Leased Line dari Telkom, melalui direktur RisTi Telkom, Suryatin Setiawan, yang juga merupakan alumnus Teknik Elektro ITB. (Lim, 2005). Speed / kecepatan sambungan leased line seharusnya 64Kbps, namun saat itu speed yang didapat hanya 28.8 Kbps; masih tetap lambat, namun sedikit lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan radio. Sambungan dengan leased line ini sangat membantu perkembangan jaringan local ITB. Ketika jaringan semakin padat/crowded, mulai dipikirkan cara lain untuk membangun sambungan. Akhirnya dipilih sambungan dengan kabel, yang kemudian dikenal sebagai Yellow Cable Network, menyambungkan lebih banyak jurusan dan himpunan mahasiswa di ITB. Albarda, salah seorang staf pengajar Jurusan Teknik Elektro (Dept. of Electronics Engineering) memprakarsai penginstalasian jaringan ‘Kabel Kuning’ tersebut dengan ijin dan pendanaan dari Ketua Jurusan Teknik Elektro.

“…Karena udah mulai bisa pakai internet, pake web browsing. Oh udah, yang lain2 ikut! “Gimana caranya?”…Ya itu awalnya, gotong royong…Kamu punya apa, punya apa, ya sama2 ngejalanin. ... Jadi memang disitu akan terjadi perubahan budaya juga, karena kita apa ya, meminta, bukan meminta, ya, me...me-anukan orang, apa ya, mengajak orang, tapi juga “’Nih, punyamu ini! Ini punya kalian ini, barangnya barang kalian tapi barang kalian ini juga harus bisa dilewatin orang lain ini. Bolehlah orang lain ikut juga!” Jadi gotong royong, sambung-menyambung gitu. Nah, mulai dari situ berkembang…” (Basuki Suhardiman; Interview DR. Joshua Barker 4 Juli 2005)

Selain mengembangkan Local Area Network ini, CNRG juga banyak membantu para anggotanya dalam mengembangkan kemampuan teknis seputar aplikasi dan pengetahuan teknis komputer. Ketika jaringan lokal ITB berkembang ke Himpunan Mahasiswa, sejumlah user/pengguna jaringan secara tidak langsung mendapatkan masukan teknis dan aplikasi komputer; dan hal ini tidak terbatas pada user laki-laki (tanpa bermaksud berbicara gender disini). Pernah ada seorang mahasiswi yang menggunakan jaringan untuk chatting dengan rekannya melalui IRC, kemudian tiba-tiba sambungan putus karena urusan teknis: ada salah satu kabel (komponen?) yang putus. Ketika mahasiswi tersebut complaint (mengeluh) karena keasyikannya chatting terganggu, seseorang (yang kelihatannya anggota CNRG) kemudian menyuruhnya untuk memperbaiki sendiri kabel/komponen yang putus.

"Kau jangan protes-protes! Hayo sini, bawa. Kau lihat ini putus kan?! Kau bor ini, caranya gini, nah sekarang kamu nyolder!" Ketika si user mahasiswi terlihat keberatan melakukannya, "Ngga? Kamu mau chatting ngga?!" sehingga akhirnya mahasiswi tersebut terpaksa melakukannya juga. Dari sana ia sedikit banyak belajar mengenai teknis komputer, sehingga berikutnya ketika ada kesulitan semacam itu, ia bahkan turun tangan membereskannya, dan kecakapannya menjadi tidak kalah dengan mahasiswa/laki-laki.

Kemudian ketika itu anggota CNRG memang didominasi mahasiswa ataupun tenaga akademis dari jurusan Elektro, namun ketika kemudian sejumlah orang dari jurusan Informatika ikut bergabung, kadang terjadi friksi/pertentangan pemikiran dalam pengembangan jaringan ataupun programming. Namun para senior CNRG kemudian mempergunakan perbedaan tersebut dengan memfokuskan kerja seorang anggotanya untuk kasus/jenis pekerjaan tertentu. Misalnya seorang anggota memiliki kemampuan lebih dalam hal programming, maka orang tersebut akan lebih banyak diberi tugas yang berhubungan dengan programming, dengan tetap memberi kebebasan untuk mengeksplorasi kemampuan teknisnya dalam hal-hal yang lain.

Para senior CNRG kala itu memang tidak mengindahkan gender maupun dasar keahlian (dilihat dari jurusan mana orang yang bersangkutan berasal) dalam mengembangkan kecakapan teknis, karena keinginan para senior di CNRG untuk tidak membatasi transfer ilmu pada kalangan manapun yang ikut terlibat dalam pengembangan pengetahuan dan kecakapan komputer dan jaringan / network. Justru latar belakang yang berbeda tersebut yang sedikit banyak membantu dalam pengembangan Local Area Networking di kampus ITB. (Basuki Suhardiman, Interview DR. Joshua Barker 4 July 2005)

Read More......

Kamis, 19 Maret 2009

Kabel Serat Optik

kabel kaca antara 1 – 10 mm untuk jenis monomode dan 50 – 60 mm untuk jenis multi mod
pembungkusnya 125 mm
tiap haspel ( gulungan) dapat membawa kabel fiber optik sampai 1 km
Redaman jauh lebih kecil
Jarak jangkau dapat mencapai 70 km antar repeater.


Filling material

Fiber optik

Kevlar /penyangga

Polyurethane jacket

Kevlar

Poliurethane jacket

Coated aluminium

Black polyethylene outer jacket


n

step index mode

N

Gradual index mode





v Sistem Komunikasi Serat Optik

SKSO à Sistem komunikasi yang dalam pengiriman dan penerimaan sinyal informasinya menggunakan sumber optik dan detektor optik
Serat optik terdiri dari tiga bagian utama yaitu :
Core : 2 µm – 125 µm, terbuat dari gelas halus
cladding : 5 µm – 500 µm, terbuat dari gelas halus
coating : terbuat dari plastik
Serat Optik



1. Single Mode Fiber

v Jenis-jenis Serat Optik

Diameter core < Diameter cladding
Digunakan untuk transmisi jarak jauh
à rugi-rugi transmisinya sangat kecil

bandà frekuensi yang lebar

2. Multimode Step Index Fiber

Ukuran intinya berkisar 50 mm – 125 mm dengan diameter cladding 125 mm – 500 mm
Diameter core yang besar digunakan agar penyambungan kabel lebih mudah
Hanya baik digunakan untuk data atau informasi dengan kecepatan rendah dan untuk jarak yang relatif dekat


3. Multimode Graded Index Fiber

0,5 dB

Rugi-rugi konektor

0,2 dB

Rugi-rugi sambungan

0,25 dB/km

Attenuasi maksimum pada 1550 nm

0,4 dB/km

Attenuasi maksimum pada 1310 nm

2 mm

Diameter Cladding ( 1550 nm )

2 mm

Diameter Cladding ( 1310 nm )

0,5 mm

Mode Field Diameter ( 1550 nm )

0,5 mm

Mode Field Diameter ( 1310 nm )

Single mode

Tipe Kabel

Nilai

Karakteristik

Diameter corenya antara 30 mm – 60 mm sedangkan diameter claddingnya 100 mm – 150 mm
Merupakan penggabungan serat single mode dan serat multimode step index
Biasanya untuk jarak transmisi 10 – 20 km à pentransmisian informasi jarak menengah seperti pada LAN
Spesifikasi Teknis Kabel Serat Optik Menurut PT. Telkom



Sentral

FTTZ K

A

optik FTTB N

T

FTTZ O R

FTTZ A

N

kabel tembaga

FTTC FTTH

FTTZ = Fibre to the Zone (RK) FTTC= to the curb(DP)

FTTB = Fibre to the Building FTTH= to the home



Contoh Penyambungan Serat Optik



Propagasi lewat kabel optik

Index bias kaca 1,3 – 1,5
n = c/v c= 3.108 m/s
Jika n = 4/3
maka v=2,25 108 m/s

Panjang gel cahaya dalam kabel optik dapat 0.8 nm, 1.3 nm atau 1550 nm.
Membawa 40.000 VBW atau video
Bebas interferensi


Perambatan multi mode


Step index mode

Gradual index mod

2.5

2.0

1.5

1.0

.5

db/km

.8 .9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 n m

Redaman oleh kabel optik pada berbagai macam panjang gelombang.



Perhitungan redaman dan jarak jangkau kabel optik

O/p pemancar = 0 dBm minimal power di penerima –37dBm.

Kehilangan power terjadi pada:

Konektor dikedua sisi (1 dB/sisi) 2 dB
Margin untuk penyambungan jika putus 6 dB
Redaman per sambungan /splicing 0,1 dB
Redaman fiber optik 0,2 dB/km
Redaman per km menjadi 0,3 dB/km
Maka jarak antara terminal menjadi (37–2-6)/0,3=97 km



Konektor

Input serial light Light output

Data source source Detektor serial data

fiber optik dengan sambungan



v Penyambungan Serat Optik

Berdasarkan sifatnya, penyambungan serat optik dapat dibedakan menjadi :

Sambungan yang sifatnya permanen
à digunakan untuk menyambungkan dua buah serat optik

à teknik fusion splice

Sambungan yang sifatnya tidak permanen
à menyambungkan serat optik dengan perangkat agar mudah dilepas dan dipasang lagi

à menggunakan alat yang disebut konektor


Perangkat yang digunakan dalam pengujian performansi kabel serat optik



O T D R

Kemampuan OTDR

Mengukur jarak
Mengukur besar loss rata-rata (dB/km)
Mengetahui jenis sambungan
Mengetahui lokasi titik penyambungan dan berapa besar lossnya
Apabila ada gangguan pada serat, maka dapat diketahui apakah patahan atau redaman


Pengukuran dengan OTDR

Deskripsi Tugas

OTDR



Penyambungan Serat Optik menggunakan Fusion Splicer

Menggunakan metode lebur (fusion splice)
Dilakukan dengan meleburkan ujung-ujung dari serat optik yang akan disambungkan dengan menggunakan laser
Menghasilkan loss umumnya kurang dari 0.06 dB



Langkah-langkah penyambungan serat optik menggunakan metode fusion splicer

Deskripsi Tugas



Langkah – langkah Penyambungan

Fiber Optik:

Tahap pemotongan

Tahap Penyambungan



Kabel coaxial / bawah laut

Contoh kabel coaxial Kabel antena TV.
Redamannya < kabel tembaga biasa.
Kapsitasnya penyalurannya mencapai 4000 kanal @3 KHz VBW
Pada kabel laut digunakan kawat penguat karena perenggangan yang cukup besar.
Rangkaian pengulang ( repeater ) untuk hubungan yg jauh
jarak repeater antara 10 km dan dibutuhkan catuan listrik DC
Contoh : kabel transatlantik th 1976, kapasitas 4000 @ 3 KHZ bw, maks frek 28 MHz, 1 kabel dengan diameter 2.4 cm, repeater terbuat dari transistor berjarak 6 km. Panjang kabel = 6400 km.

Sumber :http://fi31riken.multiply.com/journal/item/9/Kabel_Serat_Optik

Read More......

Kabel Serat Optik

Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya yang ada di dalam serat optik sulit keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.

Serat optik umumnya digunakan dalam sistem telekomunikasi serta dalam pencahayaan, sensor, dan optik pencitraan.

Serat optik terdiri dari 2 bagian, yaitu cladding dan core. Cladding adalah selubung dari core. Cladding mempunyai indek bias lebih rendah dari pada core akan memantulkan kembali cahaya yang mengarah keluar dari core kembali kedalam core lagi.

Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun gelas. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh serat optik.

Pembagian Serat optik dapat dilihat dari 2 macam perbedaan :

1. Berdasarkan Mode yang dirambatkan :

Single mode : serat optik dengan core yang sangat kecil, diameter mendekati panjang gelombang sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding cladding.
Multi mode : serat optik dengan diameter core yang agak besar yang membuat laser di dalamnya akan terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat menyebabkan berkurangnya bandwidth dari serat optik jenis ini.
2. Berdasarkan indeks bias core :

Step indeks : pada serat optik step indeks, core memiliki indeks bias yang homogen.
Graded indeks : indeks bias core semakin mendekat ke arah cladding semakin kecil. Jadi pada graded indeks, pusat core memiliki nilai indeks bias yang paling besar. Serat graded indeks memungkinkan untuk membawa bandwidth yang lebih besar, karena pelebaran pulsa yang terjadi dapat diminimalkan.




Bagian-bagian serat optik jenis single modeReliabilitas dari serat optik dapat ditentukan dengan satuan BER (Bit Error Rate). Salah satu ujung serat optik diberi masukan data tertentu dan ujung yang lain mengolah data itu. Dengan intensitas laser yang rendah dan dengan panjang serat mencapai beberapa km, maka akan menghasilkan kesalahan. Jumlah kesalahan persatuan waktu tersebut dinamakan BER. Dengan diketahuinya BER maka, Jumlah kesalahan pada serat optik yang sama dengan panjang yang berbeda dapat diperkirakan besarnya.


[sunting] Sejarah perkembangan
Penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak digunakan sejak zaman dahulu, baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman mengawali eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang bernama serat optik. Percobaan ini juga masih tergolong cukup primitif karena hasil yang dicapai tidak bisa langsung dimanfaatkan, namun harus melalui perkembangan dan penyempurnaan lebih lanjut lagi. Perkembangan selanjutnya adalah ketika para ilmuawan Inggris pada tahun 1958 mengusulkan prototipe serat optik yang sampai sekarang dipakai yaitu yang terdiri atas gelas inti yang dibungkus oleh gelas lainnya. Sekitar awal tahun 1960-an perubahan fantastis terjadi di Asia yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat jenis serat optik yang mampu mentransmisikan gambar.

Di lain pihak para ilmuwan selain mencoba untuk memandu cahaya melewati gelas (serat optik) namun juga mencoba untuk ”menjinakkan” cahaya. Kerja keras itupun berhasil ketika sekitar 1959 laser ditemukan. Laser beroperasi pada daerah frekuensi tampak sekitar 1014 Hertz-15 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi gelombang mikro.

Pada awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan. Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser juga belum terpancar lurus. Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak titik dengan simpangan jarak hingga hitungan meter.

Sekitar tahun 60-an ditemukan serat optik yang kemurniannya sangat tinggi, kurang dari 1 bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang sangat bening dan tidak menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga konon, seandainya air laut itu semurni serat optik, dengan pencahayaan cukup kita dapat menonton lalu-lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik.

Seperti halnya laser, serat optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan awal. Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun 1968 atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan akan menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km. Melalui pengembangan dalam teknologi material, serat optik mengalami pemurnian, dehidran dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti atenuasinya mencapai tingkat di bawah 1 dB/km.

Tahun 80-an, bendera lomba industri serat optik benar-benar sudah berkibar. Nama-nama besar di dunia pengembangan serat optik bermunculan. Charles K. Kao diakui dunia sebagai salah seorang perintis utama. Dari Jepang muncul Yasuharu Suematsu. Raksasa-raksasa elektronik macam ITT atau STL jelas punya banyak sekali peranan dalam mendalami riset-riset serat optik.

2. Time Line Pengembangan Fiber Optik

1917 Theory of stimulated emission Albert Einstein mengajukanm sebuah teori tentang emisi terangsang dimana jika ada atom dalam tingkatan energi tinggi 1954 "Maser" developed Charles Townes, James Gordon, dan Herbert Zeiger di Columbia University mengembangkankan "maser" yaitu microwave amplification by stimulated emission of radiation, dimana molekul dari gas amonia memperkuat dan menghasilkan gelombang. . Pekerjaan ini menghabiskan waktu tiga tahun sejak ide Townes pada tahun 1951 untuk mengambil manfaat dari osilasi frekuensi tinggi molekular untuk membangkitkan gelombang dengan penjang gelombang pendek pada gelombang radio. 1958 Pengenalan Konsep Laser Townes dan ahli fisika Arthur Schawlow mempublikasikan paper yang menunjukan bahwa maser dapat dibuat untuk dioperasikan pada daerah infra merah dan optik. .Paper ini menjelaskan tentang konsep laser (light amplification by stimulated emission of radiation)


1960 ditemukannya Continuously operating helium-neon gas laser Laboratorium Riset Bell dan Ali Javan serta koleganya William Bennett, Jr., dan Donald Herriott menemukan sebuah continuously operating helium-neon gas laser. 1960 Ditemukannya Operable laser Theodore Maiman, seorang fisikawan dan insinyur elektro di Hughes Research Laboratories, menemukan operable laser dengan menggunakan sebuah kristal batu rubi sintesis sebagai medium. 1961 Glass fiber demonstration Peneliti industri Elias Snitzer dan Will Hicks mendemontrasikan sinar laser yang diarahkan melalui serat gelas yang tipis. Inti serat gelas tersebut cukup kecil yang membuat cahaya hanya dapat melewati satu bagian saja tetapi banyak ilmuwan menyatakan bahwa serat tidak cocok untuk komunikasi karena rugi rugi cahaya yang terjadi karena melewati jarak yang sangat jauh. 1961 Penggunaan ruby laser untuk keperluan medis Penggunaan laser yang dihasilkan dari batu Rubi yang pertama, Charles Campbell of the Institute of Ophthalmology at Columbia- Presbyterian Medical Center dan Charles Koester of the American Optical Corporation menggunakan prototipe ruby laser photocoagulator untuk menghancurkan tumor pada retina pasien. 1962 Pengembangan Gallium arsenide laser Tiga group riset terkenal yaitu General Electric, IBM, dan MIT’s Lincoln Laboratory secara simultan mengembangkan gallium arsenide laser yang mengkonversikan energi listrk secara langsung ke dalam cahaya infra merah dan perkembangan selanjutnya digunakan untuk pengembangan CD dan DVD player serta penggunaan laser printer. 1963 Heterostructures Ahli fisika Herbert Kroemer mengajukan ide yaitu heterostructures, kombinasi dari lebih dari satu semikonduktor dalam layer-layer untuk mengurangi kebutuhan energi untuk laser dan membantu untuk dapat bekerja lebih efisien. Heterostructures ini nantinya akan digunakan pada telepon seluler dan peralatan elektronik lainnya.


1966 kertas Landmark pada optical fiber Charles Kao dan George Hockham yang melakukan penelitian di Standard Telecommunications Laboratories Inggris mempublikasikan landmark paper yang mendemontrasikan bahwa fiber optik dapat mentransmisikan sinar laser yang sangat sedikit rugi-ruginya jika gelas yang digunakan sangat murni. Dengan penemuan ini kemudian para peneliti lebih fokus pada bagaimana cara memurnikan bahan gelas. 1970 Fiber Optik yang memenuhi standar kemurnian. Ilmuwan Corning Glass Works yaitu Donald Keck, Peter Schultz, dan Robert Maurer melaporkan penemuan fiber optik yang memenuhi standar yang telah ditentukan oleh Kao dan Hockham. Gelas yang paling murni yang dibuat terdiri atas gabungan silika dalam tahap uap dan mampu mengurangi rugi-rugi cahaya kurang dari 20 decibels per kilometer. Pada 1972 tim ini menemukan gelas dengan rugi-rugi cahaya hanya 4 decibels per kilometer. Juga pada tahun 1970, Morton Panish dan Izuo Hayashi dari Bell Laboratories dengan tim Ioffe Physical Institute di Leningrad, mendemontrasikan semiconductor laser yang dapat dioperasikan pada temperatur ruang. Kedua penemuan tersebut merupakan terobosan dalam komersialisasi penggunaan fiber optik. 1973 Proses Chemical vapor deposition John MacChesney dan Paul O. Connor pada Bell Laboratories mengembangkan proses chemical vapor deposition process yang memanaskan uap kimia dan oksigen ke bentuk ultratransparent glass yang dapat diproduksi masal ke dalam fiber optik yang mempunyai rugi-rugi sangat kecil. 1975 Komersialisasi Pertama dari semiconductor laser Insinyur pada Laser Diode Labs mengembangkan semiconductor laser komersial pertama yang dapat dioperasikan pada suhu kamar. 1977 Perusahaan telepon menguji coba penggunaan fiber optic Perusahaan telepon memulai penggunaan fiber optik yang membawa lalu lintas telepon. GTE membuka jalur antara Long Beach dan Artesia, California, yang menggunakan transmisi light-emitting diode. Bell Labs mendirikan sambungan yang sama pada sistem telepon di Chicago dengan jarak 1,5 mil di bawah tanah yang menghubungkan 2 s switching station.

1980 Sambungan Fiber-optic telah ada di Kota kota besar di Amerika AT&T mengumumkan akan menginstal fiber-optic yang menghubungkan kota kota antara Boston dan Washington D.C. kemudian dua tahun kemudian MCI mengumumkan untuk melakukan hal yang sama. 1987 "Doped" fiber amplifiers David Payne di University of Southampton memperkenalkan fiber amplifiers yang dikotori oleh elemen erbium. optical amplifiers abru ini mampu menaikan sinyal cahaya tanpa harus mengkonversikan terlebih dahulu ke dalam energi listrik. 1988 Kabel Pertama Transatlantic Fiber-Optic Kabel Translantic yang pertama menggunakan fiber glass yang sangat transparan sehingga repeater hanya dibutuhkanb ketika sudah mencapai 40mil. 1991 Optical Amplifiers Emmanuel Desurvire di Bell Laboratories serta David Payne dan P. J. Mears dari University of Southampton mendemontrasikan optical amplifiers yang terintegrasi dengan kabel fiber optic tersebut. Keuntungannya adalah dapat membawa informasi 100 kali lebih cepat dari pada kabel electronic amplifier. 1996 optic fiber cable yang menggunakan optical amplifiers ditaruh di samudera pasifik TPC-5, sebuah optic fiber merupakan fiber optic pertama yang menggunakan optical amplifiers. Kabel ini melewati samudera pasifik mulai dari San Luis Obispo, California, ke Guam, Hawaii, dan Miyazaki, Japan, dan kembali ke Oregon coast dan mampu untuk menangani 320,000 panggilan telepon. 1997 Fiber Optic menghubungkan seluruh dunia Fiber Optic Link Around the Globe (FLAG) menjadi jaringan abel terpanjang di seluruh dunia yang menyediakan infrastruktur untuk generasi internet terbaru.

2. Generasi Perkembangan Serat Optik

Berdasarkan penggunaannya maka sistem komunikasi serat optik (SKSO) dibagi menjadi 4 tahap generasi yaitu :

1. Generasi pertama (mulai 1975) Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi berikutnya, terdiri dari : alat encoding : mengubah input (misal suara) menjadi sinyal listrik transmitter : mengubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang, berupa LED dengan panjang gelombang 0,87 mm. serat silika : sebagai penghantar sinyal gelombang repeater : sebagai penguat gelombang yang melemah di perjalanan receiver : mengubah sinyal gelombang menjadi sinyal listrik, berupa fotodetektor alat decoding : mengubah sinyal listrik menjadi output (misal suara) Repeater bekerja melalui beberapa tahap, mula-mula ia mengubah sinyal gelombang yang sudah melemah menjadi sinyal listrik, kemudian diperkuat dan diubah kembali menjadi sinyal gelombang. Generasi pertama ini pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi sebesar 10 Gb.km/s.

2 Generasi kedua (mulai 1981)

Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran teras serat diperkecil agar menjadi tipe mode tunggal. Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias teras. Dengan sendirinya transmitter juga diganti dengan diode laser, panjang gelombang yang dipancarkannya 1,3 mm. Dengan modifikasi ini generasi kedua mampu mencapai kapasitas transmisi 100 Gb.km/s, 10 kali lipat lebih besar daripada generasi pertama.

3. Generasi ketiga (mulai 1982)

Terjadi penyempurnaan pembuatan serat silika dan pembuatan chip diode laser berpanjang gelombang 1,55 mm. Kemurnian bahan silika ditingkatkan sehingga transparansinya dapat dibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 mm sampai 1,6 mm. Penyempurnaan ini meningkatkan kapasitas transmisi menjadi beberapa ratus Gb.km/s.

4. Generasi keempat (mulai 1984)

Dimulainya riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya yang dipakai bukan modulasi intensitas melainkan modulasi frekuensi, sehingga sinyal yang sudah lemah intensitasnya masih dapat dideteksi. Maka jarak yang dapat ditempuh, juga kapasitas transmisinya, ikut membesar. Pada tahun 1984 kapasitasnya sudah dapat menyamai kapasitas sistem deteksi langsung. Sayang, generasi ini terhambat perkembangannya karena teknologi piranti sumber dan deteksi modulasi frekuensi masih jauh tertinggal. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa sistem koheren ini punya potensi untuk maju pesat pada masa-masa yang akan datang.

5. Generasi kelima (mulai 1989)

Pada generasi ini dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi repeater pada generasi-generasi sebelumnya. Sebuah penguat optik terdiri dari sebuah diode laser InGaAsP (panjang gelombang 1,48 mm) dan sejumlah serat optik dengan doping erbium (Er) di terasnya. Pada saat serat ini disinari diode lasernya, atom-atom erbium di dalamnya akan tereksitasi dan membuat inversi populasi*, sehingga bila ada sinyal lemah masuk penguat dan lewat di dalam serat, atom-atom itu akan serentak mengadakan deeksitasi yang disebut emisi terangsang (stimulated emission) Einstein. Akibatnya sinyal yang sudah melemah akan diperkuat kembali oleh emisi ini dan diteruskan keluar penguat. Keunggulan penguat optik ini terhadap repeater adalah tidak terjadinya gangguan terhadap perjalanan sinyal gelombang, sinyal gelombang tidak perlu diubah jadi listrik dulu dan seterusnya seperti yang terjadi pada repeater. Dengan adanya penguat optik ini kapasitas transmisi melonjak hebat sekali. Pada awal pengembangannya hanya dicapai 400 Gb.km/s, tetapi setahun kemudian kapasitas transmisi sudah menembus harga 50 ribu Gb.km/s.

6. Generasi keenam

Pada tahun 1988 Linn F. Mollenauer memelopori sistem komunikasi soliton. Soliton adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak komponen panjang gelombang. Komponen-komponennya memiliki panjang gelombang yang berbeda hanya sedikit, dan juga bervariasi dalam intensitasnya. Panjang soliton hanya 10-12 detik dan dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang saling berdekatan, sehingga sinyal-sinyal yang berupa soliton merupakan informasi yang terdiri dari beberapa saluran sekaligus (wavelength division multiplexing). Eksperimen menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran yang masing-masing membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Cacah saluran dapat dibuat menjadi dua kali lipat lebih banyak jika dibunakan multiplexing polarisasi, karena setiap saluran memiliki dua polarisasi yang berbeda. Kapasitas transmisi yang telah diuji mencapai 35 ribu Gb.km/s.

Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang panjang gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu bahan jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian digunakan untuk menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak akan melebar pada waktu sampai di receiver. Hal ini sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil bahkan dapat diabaikan. Tampak bahwa penggabungan ciri beberapa generasi teknologi serat optik akan mampu menghasilkan suatu sistem komunikasi yang mendekati ideal, yaitu yang memiliki kapasitas transmisi yang sebesar-besarnya dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnya yang jelas, dunia komunikasi abad 21 mendatang tidak dapat dihindari lagi akan dirajai oleh teknologi serat optik.

Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optik

Read More......

Selasa, 24 Februari 2009

Jenis-jenis linux,antara lain:
1.Linux Debain
2.Linux Redhat
3.Linux Mandrake
4.Linux Caldera Open
5.Linux Slackware
6.Linux SuSe
7.Linux Corel
8.Linux Turbo
9.Linux Ubuntu
10.Linux Fedora
11.Linux Mandriva
12.Linux BrlSpeak
13.Linux Gentoo
14.Linux United
15.Linux Connectiva
16.Linux College
17.Linux Free BSD
18.Linux Lycoris
19.Linux Red Hat+SGI XFS
20.Linux TSL
21.Linux KNOPPIX
22.Linux Fedora PROJECT
23.Linux Yellow Dog
24.Linux ASP
25.Linux Rock
26.Linux Debian GNU

Read More......

Rabu, 18 Februari 2009

JENIS - JENIS LINUX

Ada beberapa linux yang saya ketahui. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Linux Debian
Linux Redhat
Linux Mandrake
Linux Caldera Open
Linux Slackware
Linux SuSe
Linux Corel
Linux Turbo
Linux Ubuntu
Linux Fedora

Read More......

Senin, 16 Februari 2009

Cara Sharing file antar komputer :

1.Klik kanan start

2.Explore

3.Cari folder yang ingin dishare

4.Klik kanan

5.Sharing and security

Read More......